Mengajar tentunya memerlukan bahan ajar. Mengajar kimia pun demikian. Terlebih lagi mengajar kimia menggunakan bahasa inggris tentunya perlu bahan ajar yang cocok digunakan sesuai kebutuhan. Dalam kesempatan ini penulis ingin berbagi pengalaman bagaimana menggunakan bahan ajar kimia pada topik hakikat materi (the nature of matter) yang menggunakan 4 pilar CLIL, yaitu Content (isi materi), Cognition (Proses berpikir), Communication (kebahasaan) dan Culture (budaya). Ke empat aspek ini menjadi sangat penting diterapkan dan sesuai dengan tuntutan abad 21.
- Content (isi materi)
Content yang dipilih pada pembelajaran ini adalah hakikat materi (the nature of matter). Hakikat materi merupakan topik mendasar dan penting dalam ilmu kimia dan sangat kontekstual terhadap kehidupan sehari-hari. Hakikat materi adalah aspek fundamental, di dalamnya terdapat teori partikel yang menjadi dasar penjelasan bagi banyak topik seperti struktur atom, ikatan, molekul, reaksi kimia, kesetimbangan kimia, dan energi kimia (Harrison & Treagust 2002). Pemahaman yang baik terhadap topik ini menjadi kunci menuju pemahaman konsep selanjutnya. Melalui topik ini, selama proses pembelajaran dalam penelitian ini siswa telah menjelaskan fenomena melalui pengamatan, investigasi dan menyimpulkan terhadap hal yang sering mereka jumpai. Misalkan pengamatan terhadap perbedaan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari kaitannya dengan bentuk, volume, kompresibiltas, dan lain-lain seperti pada gambar 1

Gambar 1 Penjelasan wujud zat beserta sifatnya
Tidak hanya fenomena dasar, pembelajaran topik ini ditemukan fakta-fakta pembelajaran yang menantang siswa untuk berpikir lebih abstrak dengan mempelajari perilaku partikel suatu zat ketika mengalami perubahan wujud. Proses difusi yang dijelaskan pada bahan ajar ini juga telah terbukti memiliki dampak terhadap pemahaman siswa akan sifat dan karakteristik zat gas yang ada di lingkungan mereka, seperti yang terlihat pada gambar 2

Gambar 2 Proses difusi pada zat cair
- Cognition (Proses berpikir)
Pada aspek Cognition (Proses berpikir) ini, telah dilakukan pembelajaran melalui serangkain kegiatan ilmiah yang mengarahkan siswa menuju proses berpikir terhadap phenomena sains, sehingga siswa mampu membangun penjelasan ilmiah, menginterpretasi data, hingga menyimpulkan suatu fenomena sains. Bahan ajar ini telah menuntut siswa dapat membedakan wujud materi dan sifatnya, menggambarkan teori kinetik partikel, mengidentifikasi perubahan wujud zat, dan menelaah proses difusi. Contoh tampilan bahan ajar kaitannya dengan proses kognitif seperti pada gambar 3.

Gambar 3 Penjelasan proses mendidih
Kegiatan berpikir tersebut telah dapat meningkatkan literasi sains siswa. Temuan ini diperkuat Coyle et al., (2013) telah menemukan bahwa keempat pilar CLIL mendorong siswa untuk menggunakan berbagai keterampilan kognitif dalam penggunaan bahasa target mulai dari yang rendah seperti memahami dan mengingat kosa kata hingga keterampilan kognitif tinggi seperti berpikir kreatif. Bahan ajar ini juga memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir melalui beberapa virtual lab seperti Phet simulation, CK-12. Kegiatan tersebut dilakukan secara daring, seperti pada gambar 4 dan 5.

(Dokumentasi Pribadi)

(Dokumentasi Pribadi)
- Communication (kebahasaan)
Aspek Communication (kebahasaan) terbukti memegang peran penting dalam pembelajaran. Aspek ini juga meningkatkan literasi sains melalui pemorelahan keterampilan bahasa pembelajaran, misalnya pemahaman terhadap istilah saintifik seperti materi (matter), padat (solid), cair (liquid), partikel (particle), volum (volume), tekanan (pressure); pemahaman terhadap proses sains misalnya mencair (melting), menguap (evaporation), membeku (freezing); penggunaan bahasa sains untuk menjelaskan sifat dan proses sains misalnya zat pada memiliki bentuk yang tetap (solid has fixed shape), air raksa berwujud cair pada suhu ruangan (mercury is liquid at room temperature), partikel gas dapat bergerak bebas ke segala arah (gas particle move rapidly in all direction). Contoh tampilan bahan ajar pada gambar 6

Pemahaman akan bahasa saintifik sangat penting dimiliki siswa. Penerapan bahan ajar 4C ini terbukti bisa menjadi solusi akan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan temuan Heras & Lasagabaster (2015) tentang efek 4C CLIL pada peningkatan kosa kata pembelajaran, dan temuan Várkuti (2010) tentang dampak CLIL pada peningkatan bahasa leksikal. Pada akhirnya pemahaman kebahasaan saintifik tersebut mampu membawa siswa memahami suatu teks sains yang menjelaskan berbagai fenomena sains dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan membaca ini sangatlah penting terlebih dijadikan salah satu aspek literasi PISA yang belum membudaya di masyarakat Indonesia.
- Culture (budaya)
Culture (budaya) meningkatkan literasi sains melalui pembangunan sikap dan karakter ilmiah. Aspek ini terdapat pada bahan aja tercermin ketika proses diskusi grup, menghormati ide orang lain, menunjukkan minat terhadap sains, bekerja di lab sesuai aturan dan pembelajaran kolaboratif. Yamazaki (2019) menuliskan bahwa tujuan pelajaran CLIL yang mengandung pilar kebudayaan dengan pembelajaran kolaboratif adalah agar peserta didik dapat mencapai kompetensi untuk memanfaatkan pengetahuan konten dalam kehidupan sehari-hari mereka. Peserta didik mampu mengekspresikan ide-ide mereka sendiri dengan cara yang kreatif berdasarkan pengetahuan yang mereka pelajari daripada hanya menjelaskan pengetahuan subjek yang mereka ingat.
Oleh Rudi Firmayanto, M.Pd (Guru Kimia)
REFERENSI:
Coyle, D. O., Hood, P., & Marsh, D. (2013). CLIL: Content and Language Integrated Leanring. Cambridge University Press
Harrison A.G., Treagust D.F. (2002) The Particulate Nature of Matter: Challenges in Understanding the Submicroscopic World. In: Gilbert J.K., De Jong O., Justi R., Treagust D.F., Van Driel J.H. (eds) Chemical Education: Towards Research-based Practice. Science & Technology Education Library, vol 17. Springer, Dordrecht.
Heras, A., & Lasagabaster, D. (2015). The impact of CLIL on affective factors and vocabulary learning. Language Teaching Research, 19(1), 70–88. https://doi.org/10.1177/1362168814541736
Várkuti, A. (2010). Linguistic benefits of the CLIL approach: Measuring linguistic competences. International CLIL Research Journal, 1, no. 3: 67–79.
Yamazaki M. (2019). Collaborative Learning Through CLIL in Secondary English Classrooms in Japan. In: Tsuchiya K., Pérez Murillo M. (eds) Content and Language Integrated Learning in Spanish and Japanese Contexts. Palgrave Macmillan, Cham